Saturday, January 4, 2014

Pendidkan dalam Perspektif Globalisasi dan Desentralisasi - Modul 3

Pengertian Globalisasi dan Desentralisasi

Globalisasi bukanlah fenomena yang datang dengan tiba-tiba. Theodore Levitt meramalkan pertama kali pada tahun 1985. Ia mengamati pesatnya perubahan dalam tatanan ekonomi, keuangan terutama yang bnerkaitan dengan sector produksi, konsumsi dan investasi.

Kemajuan dibidang teknologi produksi, dan inovasi yang pesat terutama dalam bidang komunikasi dan transportasi mempermudah Negara-negara maju untuk memperkenalkan sistem ekonomi mereka ke Negara ketiga atau Negara berkembang. Peran Negara dalam ekonomi meluntur, sebaliknya privatisasi dalam banyak bidang lebih banyak terjadi.

Globalisasi pada awalnya bergandengan dengan perubahan yang besar dalam bidang ekonomi dan keuangan. Akan tetapi perubahan ekonomi ini pun pada akhirnya menuntut perubahan yang juga cukup besar dalam pendidikan.

Globalisasi adalah fenomena yang irreversible, suatu fenomena yang tak mungkin dibalik arahnya. Globaliasasi membawa manfaat, tetapi globalisasi juga membawa kemadharatan jika kita tidak siap menghadapinya. Globalisasi menyingkirkan isolasi, membuka peluang untuk terjadinya pertukaran gagasan, teknologi dan sumberdaya. Namun, globalisasi, dapat juga tergelincir menjadi kekuasaan bagi yang kuat mengendalikan yang lemah. Suatu Negara dituntut untuk memperkuat dirinya melalui bebagai program pemberdayaan, namun pada waktu yang sama harus menuruti kaidah-kaidah yang terkandung dalam globalisasi, antara lain pemerintah yang demokratis, terbuka dan mendorong lahirnya peran swasta yang kuat.

Pemberdayaan oleh suatu Negara hanya dapat terjadi dengan baik jika sistem desentralisasi, termasuk desentralisasi dalam pendidikan dituangkan dalam praktik. Desentralisasi yang sehat jika diberikan muatan makna interdependensi, yaitu saling tergantung dan saling isi mengisi karena keyakinan setiap orang, setiap pihak masing-masing mempunyai kelemahan dan kekuatan. Sebaliknya desentralisasi menjadi sakit jika diberikan muatan makna independensi atau kebebasan untuk membuat keputusan dan mengambil tindakan tanpa dicampuri atau memperhatikan kepentingan pihak lain, seolah-olah segala-galanya dapat diselesaikan sendiri.


Implikasi Globalisasi dan Desentralisasi terhadap Pendidikan

Pembaruan pendidikan tidak berlangsung tiba-tiba dan bahkan memerlukan masa ratusan bahkan ribuan tahun untuk sampai pada pembaruan pendidikan yang kita saksikan saat ini.

Bermula dari hanya untuk melayani tuntutan segelintir orang dari lapisan masyarakat yang tertentu pula (individual), sampai melayani segenap warga penghuni planet bumi (global).

Pendidikan dengan tujuan yang berfokus pada kepentingan nasiaonal pun, dalam millennium ini, juga dinilai tidak memadai. Pendidikan dalam era global harus berisikan isu yang merupakan agenda global pendidikan. Isu itu yang terutama menyangkut hak asasi manusia, lingkungan, hak dan perlindungan anak, hak kaum wanita, kesehatan, kemakmuran, perdamaian, toleransi, harmoni, keberagaman.

Oleh karena itu, basis pendidikan bukan lagi di atas basis yang berkarakter pendidikan semata-mata. Ingatlah ungkapan orang Afrika, kemudian dikutip juga oleh Hillary Clinton yaitu ”diperlukan seluruh desa hanya untuk mendidik seorang anak”. Ungkapan itu menunjukkan betapa pentingnya pendidikan dikembangkan dengan basis yang luas, yang memperhatiakan dan memasukkan berbagai aspek kehidupan dalam proses pembelajaran. Pada saat itu pulalah, tuntutan terhadap pembaruan pembelajaran menjadi sesuatu yang irreversible, sesuatu yang tidak terelekkan.

Globalisasi menuntut para pendidik dan semua pihak yang berkepentingan untuk ikut serta secara aktif. Itu pula pendidikan millennium ini dan yang akan dating disebut juga community based education. Keyakinan yang menggarisbawahi pendidikan globalisasi adalah mendorong masyarakat khususnya generasi muda untuk membangun knowledge society, yaitu masyarakat yang berbasis IPTEK, yang yakin bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi jauh lebih penting daripada sumber alam walau semelimpah apapun juga.

Pendidikan lebih dari sekedar kendaraan untuk melaju pada jalur ekonomi menuju kemakmuran. Pendidikan terutama merupakan kendaraan utama untuk pemberdayaan warga suatu bangsa, untuk mengembangkan institusi demokratis, untuk menciptakan sistem operasi yang efektif dalam pemerintahan, untuk memerangi ketidakadilan, untuk mengikis kemiskinan dan penyakit, untuk memelihara identitas kultural dan untuk memperkuat masyarakat yang berbasiskan kekuatan sipil, bukan militer.

Kunci dari itu semua, yaitu kunci untuk mencapai cita-cita pendidikan sebagaimana dipaparkan dalam paragraf di atas adalah berkembangnya the strong determination to succed, yaitu keteguhan hati dan kebulatan tekad untuk berhasil. Itulah tugas utama pendidikan, yang merupakan salah satu tujuan pembaruan pembelajaran yaitu menumbuhkembangkan keteguhan dan kebulatan tekad di kalangan anak didik untuk meraih sukses, yaitu sukses yang bermanfaat bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan hanya akan mencapai hasil yang layak untuk kepentingan bangsa jika bangsa dan pemerintah di negara itu sadar betul bahwa pendidikan adalah investasi yang utama, yang keutamaannya melebihi bidang lainnya. Oleh karena itu, tataran politik, ekonomi, keungan, soial, dan budaya haruslah secara synergic mendukung pembaruan pendidikan.

Dalam era sekarang dan yang akan datang, berfikir dikotomus bukan lagi zamannya. Kita tidak boleh lagi berfikir bahwa sistem yang sentralistis lebih baik daripada desentralistis atau sebaliknya atau berfikir nasional dan lokal lebih aman daripada berfikir global atau sebaliknya. Sistem sentralistis yang sehat berusaha keras agar terjadi desentralisasi pendidikan. Desentralisasi pendidikan yang kuat dan sehat akan memperkuat pula sistem pendidikan nasional.

Akhirnya, desentralisasi pendidikan dalam arti praktis yang sesungguhnya haruslah terjadi di sekolah, di kelas, dan terutama di dalam proses pembelajarannya.

No comments:

Post a Comment