Saturday, January 4, 2014

Pembelajaran Berwawasan Demokrasi dan Hak Asasi Manusia - Modul 5

Paradigma Pendidikan Demokrasi dan HAM

Secara keilmuan, pendidikan demokrasi dan HAM merupakan bagian integral dari pendidikan kewarganegaraan, yang pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan individu menjadi warga negara yang cerdas dan baik (smart and good citizen).

Kualitas personal (desirable personal qualities) yang didambakan itu harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan dirumah, disekolah, dimasyarakat, dan sejauh mungkin dalam pergaulan internasional sesuai dengan status dan perannya dalam konteks kehidupan itu.


Untuk itulah cita-cita, nilai, konsep, dan prinsip demokrasi seyogianya dikuasai, diterapkan, dan disosialisasikan melalui proses pendidikan kewarganegaraan yang bersifat multidimensional (multidimensional citizenship education).

Guna mencapai semua itu pendidikan demokrasi dan HAM seyogianya mengorganisasikan pengalaman belajar yang beragam untuk berbagai jalur, jenis, jenjang dan situasi pendidikan, dan dengan cara melibatkan siswa dalam proses pengambilan keputusan dalam masyarakat.

Oleh karena itu, disarakan agar dalam pendidikan demokrasi dan HAM dikembangkan berbagai strategi belajar yang berorientasi pada pengembangan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah sosial yang secara bertujuan memfasilitasi siswa untuk menjadi warga negara yang dewasa.

Pendidikan Demokrasi dan HAM melalui Proses Pembelajaran yang Demokratis

Secara pedagogis model Praktik-Belajar Kewargangaraan...Kami Bangsa Indonesia dirancang untuk memberikan pengalaman belajar kepada para peserta didik langkah-langkah dan metode yang digunakan di dalam proses politik.

Secara khusus kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan komitmen peserta didik terhadap kewarganegaraan dan pemerintahan dengan cara memfasilitasi peserta didik untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan agar dapat berpartisipasi secara efektif dan bermakna; memberikan pengalaman praktis yang dirancang untuk mengembangkan kompetensi kewarganegaraan yang demokratis; mengmbangkan pemahaman tentang pentingnya partisipasi warga negara secara demokratis.

Misi dari model ini adalah mendidik para siswa agar mampu untuk menganalisis berbagai dimensi kebijakan publik, kemudian dengan kapasitasnya sebagai “young citizen” atau warga negara yang “cerdas, kreatif, partisipatif, prospektif, dan bertanggungjawab”, agar mampu memberi masukan terhadap kebijakan publik dilingkungannya.

Model pembelajaran “Praktik-Belajar Kewarganegaraan ... Kami Bangsa Indonesia” (PKKBI) yang memiliki karakteristik substantif dan psikopedagogis bergerak dalam konteks substantif dan sosial kultural kebijakan publik sebagai salah satu koridor demokrasi yang berfungsi sebagai wahana interaksi warga negara dengan negara dalam melaksanakan hak, kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai warga negara Indonesia yang cerdas, partisipatif dan bertanggungjawab, yang secara kurikuler dan pendagogis merupakan misi utama pendidikan kewarganegaraan.

Model tersebut menerapkan paradigma portofolio-based learning dan portofolio assisted assessment atau “penilaian berbantuan hasil belajar utuh peserta didik” yang dirancang dalam desain pembelajaran yang memadukan secara sinergis model-model social problem solving (pemecahan masalah), social inquiry (penelitian sosial), social involvement (pelibatan sosial), cooperative learning (belajar bersama), simulated hearing (simulai dengar pendapat), deep dialogue and critical thinking (dialog mendalam dan berpikir kritis), value clarification (klarifikasi nilai), democratic teaching (pembelajaran demokratis)”. Dengan demikian, model ini potensial menghasilkan powerful learning atau belajar yang berbobot dan bermakna yang secara pendagogis bercirikan prinsip meaningful (bermakna), integrative (terpadu), value-based (berbasis nilai), challenging (menantang), activivating (mengaktifkan), dan joyful (menyenangkan)”.

Kerangka operasional pedagogis dasar yang digunakan adalah modifikasi strategi pemecahan masalah dengan langkah-langkah: Indentifikasi Masalah, Pemilihan Masalah, Pengumpulan Data, Pembuatan Fortofolio, Showcase, dan Refleksi. Sedangkan sajian portofolionya mencakup Panel Sajian dan File Dokumentasi dikemas dengan menggunakan sistematika Identifikasi dan Pemilihan Masalah, Alternatif Kebijakan, Usulan Kebijakan, dan Rencana Tindakan. Semntara itu, kegiatan Show Case didesain sebagai forum dengar pendapat (simulated public hearing).

Fokus perhatian dari model ini adalah pengembangan civic knowledge (pengetahuan kewarganegaraan), civic dispositions (kebajikan kewarganegaraan), civic skills (keterampilan kewarganegaraan), civic confidence (kepercayaan diri kewarganegaraan), civic commitmen (komitmen kewarganegaraan), civic competence, (kompetensi kewarganegaraan) yang bermuara pada berkembangnya well informed, risend, and responsible decesion making (kemampuan mengambil keputusan berwawasan, bernalar, dan bertanggung jawab).

Strategi instruksional yang digunakan dalam model ini, pada dasarnya bertolak dari strategi inquiri learning, discoveri learning, problem solving learning, reseach-oriented learning (be;lajar melalui penelitian, penyingkapan, pemecahan masalah) yang dikemas dalam model Project ala John Dewey. 

Langkah-langkah pembelajarannya mencakup berikut ini.

a.    Mengidentifikasi masalah kebijakan opublik dalam masyarakat;
b.    Memilih suatu masalah untuk dikaji oleh kelas;
c.    Mengumpulkan infirmasi yang terkait pada masalah itu;
d.    Mengembangkan fortofolio kelas;
e.    Menyajikan fortofolio dihadapn tim juri;
f.    Melakukan refleksi pengalaman belajar.


No comments:

Post a Comment