Berikut ini video belajar tentang wawasan kebangsaan dengan cara yang asyik.
Hadiman Web ID
Saturday, September 15, 2018
Asyiknya Belajar dengan Cara Mengikuti Tren Mereka
Berikut ini video belajar tentang wawasan kebangsaan dengan cara yang asyik.
Monday, March 5, 2018
Video Cara Edit Latar Belakang Foto dengan Photoshop
Berikut ini video tutorial merubah background foto dengan menggunakan Photoshop
Saturday, December 10, 2016
Contoh Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pembelajaran Bahasa
Indonesia sebagai mata pelajaran pokok, diajarkan mulai jenjang SD sampai SMA.
Sedangkan secara penuh sebagai mata pelajaran, pembelajaran Bahasa Indonesia mulai
diberikan pada siswa kelas 3 SD (Solchan T.W., 2009:11.6). Dengan demikian,
untuk kelas 4 SD pun, Pembelajaran Bahasa Indonesia sudah mulai diberikan
secara penuh sebagai mata pelajaran. Salah satu contohnya saja tentang materi
denah.
Dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia di SD kelas 4 mengenai materi denah, banyak ditemui
kesulitan-kesulitan dalam proses penyampaiannya. Misalnya saja siswa tidak
aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain itu, siswa terlihat kurang
berminat dalam mengikuti proses belajar. Sehingga hanya sebagian kecil siswa
saja yang lulus dalam hasil belajarnya. Kesulitan-kesulitan tersebuttentu saja
menjadi masalah yang menghambat tercapainya tujuan pembelajran. Sehingga
dampaknya pun sangat mempengaruhi hasil belajar yang dicapai siswa.
Berkaitan dengan
masalah di atas, diperlukan strategi untuk mengatasinya. Strategi yang dimaksud
adalah mengenai beberapa komponen dalam kurikulum, yaitu tujuan, materi,
metode, dan evaluasi. Dan salah satu komponen yang dianggap penting dalam
implementasi kurikulum dalam proses pembelajaran adalah metode mengajar
(Solchan T.W., 2009:5.4).
Salah satu metode yang
dapat mengaktifkan siswa dan cocok dilakukan di kelas 4 adalah metode simulasi.
Hal ini karena metode simulasi merupakan metode mengajar yang menuntut lebih
banyak aktivitas siswa. Dari metode simulasi ini, akan dihasilkan kemampuan
kerja sama, komunikasi, dan interaksi antar kelompok siswa. Sehingga
pengetahuan yang didapat siswa menjadi lebih bermakna dan dapat diingat dalam
jangka waktu yang panjang (Solchan T.W., 2009:5.23).
Penerapan metode
simulasi untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menjelaskan letak suatu
tempat pada denah dinilai cocok untuk dijadikan fokus penelitian. Hal ini
berdasar pada rekomendasi-rekomendasi yang diberikan supervisor 2 selaku
observer di lapangan.
1.
Identifikasi
Masalah
Salah satu tugas guru
dalam pembelajaran adalah mengukur apakah siswa sudah menguasai ilmu yang
dipelajarinya atas bimbingan guru sesuai dengan tujuan yang dirumuskan
(Suharsimi Arikunto, 2009: 4).
Untuk menilai
efektivitas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, dapat digunakan tes. Salah
satu contohnya adalah dengan tes formatif. Tes formatif dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana siswa dapat menguasai tujuan pembelajaran yang baru saja
diajarkan (Adi Suryanto, 2010: 1.20).
Hasil yang didapat dari
tes formatif Bahasa Indonesia kelas 4 tentang materi denah di MI Nurul Huda
Palalangon Kecamatan Pasirwangi menunjukkan data nilai yang masih rendah. Hanya
18dari 44 orang siswa yang mencapai nilai sama dengan dan di atas KKM. Artinya
sekitar 59% siswa dinyatakan belum tuntas dalam mengikuti kegiatan belajar.
Masalah yang dapat
diidentifikasi peneliti terkait realitas data yang didapat antara lain adalah
sebagai berikut:
a.
Siswa pasif
dalam mengikuti pembelajaran;
b.
Minat siswa
dalam pembahasan materi tentang denah kurang;
c.
Perhatian siswa
sebagian besarnya kurang fokus dalam menyimak penjelasan guru;
d.
Siswa kesulitan
dalam memahami penjelasan guru tentang materi;
e.
Motivasi siswa
dalam mengikuti pembelajaran kurang.
2.
Analisis
Masalah
Penyebab kurangnya
pemahaman siswa berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh supervisor 2
diantaranya adalah:
a.
Siswa tidak
dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran;
b.
Metode yang
diterapkan kurang cocok;
c.
Guru terlalu
tergesa-gesa dalam menjelaskan materi;
d.
Guru tidak
maksimal dalam memanfaatkan media.
3.
Alternatif
dan Prioritas Pemecahan Masalah
Esensi proses
pembelajaran di kelas tinggi seperti halnya di kelas 4 adalah suatu
pembelajaran yang dilaksanakan secara logis dan sistematis. Selain itu,
karakteristik pembelajarannya pun menuntut aktivitas siswa yang tinggi (Sri
Anitah W., 2009: 2.33-2.35)
Salah satu metode
pembelajaran yang menuntut aktivitas siswa adalah metode simulasi. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Sri Anitah W. (2009: 5.23) yang menyatakan bahwa
metode mengajar simulasi lebih banyak menuntut aktivitas siswa sehingga metode
simulasi sebagai metode berlandaskan pada pendekatan CBSA dan keterampilan
proses. Metode ini dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis kontekstual.
Berdasarkan refleksi
yang telah dilakukan mengenai kurangnya pemahaman siswa terhadap materi, serta
dari hasil diskusi dengan suprvisor 1 dan supervisor 2, maka alternatif tindakan
yang diambil adalah sebagai berikut:
a.
Dalam proses
pembelajaran, hendaknya guru melibatkan siswa untuk lebih aktif;
b.
Guru dalam
memberikan penjelasan mengenai materi pembelajaran, hendaknya menggunakan
metode yang tepat;
c.
Supaya materi
dapat dipahami siswa dengan baik, guru hendaknya tidak tergesa-gesa dalam
penyampaiannya;
d.
Guru hendaknya
memaksimalkan penggunaan media pembelajaran supaya perhatian siswa lebih
terfokus.
Untuk memperbaiki
pembelajaran berdasarkan latar belakang masalah yang terjadi, peneliti mencoba
tindakan perbaikan dengan judul “Penerapan
Metode Simulasi untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Menjelaskan Letak Tempat pada Denah”.
B.
Rumusan
Masalah
Sesuai dengan latar
belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam pelaksanaan perbaikan ini
difokuskan kepada:
1.
Bagimanakah
rencana penerapan metode simulasi untuk meningkatkan pemahan siswa dalam
menjelaskan materi letak tempat pada denah?
2.
Bagaimanakah
pelaksanaan penerapan metode simulasi untuk meningkatkan pemahan siswa dalam
menjelaskan materi letak tempat pada denah?
3.
Bagaimanakah
hasilpenerapan metode simulasi untuk meningkatkan pemahan siswa dalam
menjelaskan materi letak tempat pada denah?
C.
Tujuan
Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan perbaikan
pembelajaran berdasarkan masalah yang terjadi adalah sebagai berikut:
1.
Perencanaan
perbaikan dengan penerapan metode simulasi dapat meningkatkan pemahan siswa
dalam menjelaskan materi letak tempat pada denah.
2.
Pelaksanaan
perbaikan dengan penerapan metode simulasi dapat meningkatkan pemahan siswa
dalam menjelaskan materi letak tempat pada denah.
3.
Hasil perbaikan
dengan penerapan metode simulasi dapat meningkatkan pemahan siswa dalam
menjelaskan materi letak tempat pada denah.
D.
Manfaat
Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Dari penelitian yang dilakukan,
diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, dintaranya bagi siswa, guru,
dan sekolah.
1.
Manfaat bagi siswa
a.
Dapat
meningkatkan pemahaman siswa dalam menjelaskan letak tempat pada denah.
b.
Proses
pembelajaran lebih aktif dan menyenangkan.
c.
Motivasi untuk
mengikuti pembelajaran jadi lebih meningkat.
d.
Hasil belajar
yang diharapkan dapat tercapai.
2.
Manfaat bagi
guru
a.
Meningkatkan
kemampuan profesional guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, khususnya
dalam penggunaan metode pembelajaran.
b.
Dapat mengatasi
masalah-masalah yang timbul dalam pembelajaran.
c.
Dapat
meningkatkan kreatifitas dalam menyampaikan materi pembelajaran.
3.
Manfaat bagi
sekolah
a.
Mutu pendidikan
di sekolah menjadi meningkat.
b.
Dapat
meningkatkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) di Sekolah.
c.
Meningkatkan
kualitas KBM di sekolah.
d.
Meningkatkan
daya dukung sekaligus mengurangi kompleksitas bagi sekolah.
e.
Meningkatkan
taraf serap bagi sekolah, sehingga mampu bersaing dengan sekolah lain.
f.
Memberi dampak
positif bagi penilaian masyarakat sekitar khususnya orang tua siswa terhadap
sekolah, khususnya terhadap MI Nurul Huda Palalangon Kecamatan Pasirwangi
Kabupaten Garut.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
METODE
1.
Pengertian Metode
Menurut
Solchan T.W., dkk. (2009:3.9) menyatakan bahwa metode adalah suatu prosedur
untuk mencapai sesuatu tujuan yang telah ditetapkan, yang meliputi hal-hal
berikut:
a.
Pemilihan
bahan.
b.
Urutan
bahan.
c.
Penyajian
bahan.
d.
Pengulangan
bahan.
Sedangkan
menurut Anitah (2009:5.17) menyatakan bahwa metode pembelajaran merupakan cara
yang digunakan guru dalam membelajarkan siswa agar terjadi interaksi dan proses
belajar yang efektif dalam pembelajaran. Setiap metode memiliki karakteristik
yang berbeda-beda dalam membentuk pengalaman belajar siswa, tetapi satu dengan
yang lainnya saling menunjang.
2.
Metode Simulasi
Metode
simulasi merupakan salah satu metode mengajar yang dapat digunakan dalam
pembelajaran kelompok. Proses pembelajaran yang menggunakan simulasi cenderung
objeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar
yang bersifat pura-pura (Sri Anitah, 2009: 5.22).
Menurut
Oemar Hamalik (2009: 196) menyatakan bahwa metode simulasi adalah teknik yang
digunakan dalam semua sistem pengajaran, terutama dalam desain intruksional
yang berorientasi pada tujuan-tujuan tingkah laku. Latihan-latihan keterampilan
menuntut praktek yang dilaksanakan di dalam situasi kehidupan nyata, atau dalam
situasi simulasi yang mengandung ciri-ciri situasi kehidupan senyatanya.
3.
Karakteristik Metode Simulasi
Sri
Anitah W. (2009: 5.23) menyatakan bahwa metode mengajar simulasi lebih banyak
menuntut aktivitas siswa sehingga metode simulasi sebagai metode berlandaskan
pada pendekatan CBSA dan keterampilan proses. Di samping itu, metode ini dapat
digunakan dalam pembelajaran berbasis kontekstual, salah satu contoh bahan
pembelajaran dapat diangkat dari kehidupan sosial, nilai-nilai sosial maupun
permasalahan-permasalahan sosial yang aktual maupun masa lalu untuk masa yang
akan datang.
Menurut
Sri Anitah W. juga menyatakan bahwa metode simulasi memiliki keunggulan dan kelemahan.
a.
Keunggulan
Beberapa
keunggulan metode simulasi diantaranya adalah:
1) Siswa dapat melakukan
interaksi sosial dan komunikasi dalam kelompoknya;
2) Aktivitas siswa cukup
tinggi dalam pembelajaran sehingga terlibat langsung dalam pembelajaran;
3) Dapat membiasakan siswa
untuk memahami permasalahan sosial, hal ini dapat dikatakan sebagai
implementasi pembelajaran yang berbasis kontekstual;
4) Melalui kegiatan
kelompok dalam simulasi dapat membina hubungan personal yang positif;
5) Dapat membangkitkan
imajinasi;
6) Membina hubungan
komunikatif dan bekerja sama dalam kelompok.
b.
Kelemahan
Beberapa
kelemahan metode simulasi yang perlu diantisipasi oleh para guru diantaranya
adalah:
1) Relatif memerlukan
waktu yang cukup banyak;
2) Sangat bergantung pada
aktivitas siswa;
3) Cenderung memanfaatkan
sumber belajar;
4) Banyak siswa yang
kurang menyenangi simulasi sehingga simulasi menjadi tidak efektif.
B.
BAHASA INDONESIA
1.
Pengertian Bahasa Indonesia
Berdasarkan
Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 pasal 36 menyatakan bahwa
Bahasa Indonesia adalah merupakan bahasa Negara.
Di
samping itu, Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang dijadikan sebagai
bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan Bangsa Indonesia. Bahasa
Indonesia diresmikan penggunaanya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,
tepatnya sehari sesudahnya bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi
(Wikipedia, 2013)
Menurut Ismoyo dkk.
(2010) menyatakan bahwa Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang terdiri
atas empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, membaca, berbicara, dan
menulis. Empat keterampilan berbahasa tersebut merupakan satu kesatuan
kompetensi dalam berbahasa.
Yeti Mulyati (2009:
1.115) menambahkan bahwa keempat keterampilan bahasa yang telah disebutkan dapat
dikelompokkan ke dalam aspek dan sifat yang berbeda. Menurutnya mendengarkan
dan berbicara merupakan aspek keterampilan berbahasa ragam lisan, sedangkan
membaca dan menulis merupakan keterampilan berbahsa ragam tulis. Selain itu,
mendengarkan dan membaca adalah keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif,
sedangkan berbicara dan menulis bersifat produktif.
2.
Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia di SD
Menurut
Tim Bina Karya Guru (2007) menyatakan bahwa Standar Isi 2006 mata pelajaran
Bahasa Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa, bahwa belajar
bahasa adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah belajar
menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya. Oleh sebab itu pembelajaran
Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, secara lisan maupun tertulis, serta
menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia Indonesia.
Menurut
Mulyasa (dalam Solchan T.W., 2009: 11.6) menyatakan bahwa menurut kurikulum
2004, yakni Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), mata pelajaran bahasa
Indonesia bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi
baik lisan maupun tulis, sebagai alat untuk mempelajari rumpun pelajaran lain,
berpikir kritis dalam berbagai aspek kehidupan, serta mengembangkan sikap
menghargai bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan apresiatif terhadap
karya sastra Indonesia.
BAB
III
PELAKSANAAN
PENELITIAN PERBAIKAN
PEMBELAJARAN
A.
Subjek,
Tempat, Waktu, dan Pihak yang Membantu Penelitian
1.
Subjek
Penelitian
Penelitian dilaksanakan
terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV tentang materi denah di MI
Nurul Huda Palalangon. Di dalam penelitian ini ditemukan
permasalahan-permasalahan pada proses pembelajarannya.
Permasalahan-permasalahan tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil belajar
siswanya.
Beberapa permasalahan
yang muncul diantaranya adalah:
a.
Siswa pasif
dalam mengikuti pembelajaran;
b.
Minat siswa
dalam pembahasan materi tentang denah kurang;
c.
Perhatian siswa
sebagian besarnya kurang fokus dalam menyimak penjelasan guru;
d.
Siswa kesulitan
dalam memahami penjelasan guru tentang materi;
e.
Motivasi siswa
dalam mengikuti pembelajaran kurang.
Adapun siswa yang
terlibat di dalam proses penelitian ini sepenuhnya berasal dari kelas IV MI
Nurul Huda Palalangon. Jumlah siswanya sendiri adalah sebanyak 44 orang yang
terdiri dari 26 orang laki-laki dan 18 orang perempuan.
2.
Tempat
Penelitian
Tempat yang menjadi
lokasi pelaksanaan penelitian adalah di MI Nurul Huda Palalangon kecamatan
Pasirwangi kabupaten Garut, Jawa Barat. Lokasinya sendiri berada di wilayah
pedesaan yang merupakan daerah pertanian. Letaknya berada sekitar 1 km ke arah
timur dari kantor desa dan kecamatan Pasirwangi. Untuk posisi permukaan buminya
adalah terletak pada koordinat -7.214461,107.791864.
Selain itu, alamat MI
Nurul Huda Palalangon dapat diakses melalui website
resminya. Domain yang menjadi alamat websiteresminya
tersebut adalah http://www.misnurulhuda.com.
3.
Waktu
Penelitian
Waktu penelitian
berlangsung dari tanggal 3 sampai 24 Oktober 2013. Selama waktu tersebut
terdapat beberapa proses yang dilakukan. Proses tersebut beberapa diantaranya
adalah proses pembelajaran dan proses perbaikannya.
Proses pembelajaran
maupunproses perbaikan, pelaksanaannya disesuaikan dengan jadwal pelajaran yang
ada di kelas IV MI Nurul Huda Palalangon. Hal ini sebagai upaya memperlancar
proses penelitian.
Ada pun jadwal lengkap
proses pembelajaran (Pra Siklus) dan perbaikannya (Siklus I dan Siklus II)
adalah sebagai berikut:
Tabel
1
Jadwal
Pelaksanaan Pembelajaran dan Perbaikan Pembelajaran
No.
|
Hari, Tanggal
|
Waktu (WIB)
|
Mata Pelajaran
|
Proses
|
1.
|
Kamis, 3 Oktober
2013
|
07.30 s.d. 08.10
|
Bahasa Indonesia
|
Pra Siklus
|
2.
|
Selasa, 22 Oktober
2013
|
10.40 s.d. 11.15
|
Bahasa Indonesia
|
Siklus I
|
3.
|
Kamis, 24 Oktober
2013
|
10.40 s.d. 11.15
|
Bahasa Indonesia
|
Siklus II
|
4.
Pihak
yang Membantu Penelitian
Pelaksanaan penelitian
ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak. Mulai dari pihak tutor selaku
pembimbing dalam penelitian di tempat tutorial, pihak sekolah yang menjadi
tempat dilaksanakan, hingga pihak keluarga yang sangat membantu dalam proses
pelaksanaan penelitian.
Pihak-pihak yang
membantu pelaksanaan penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut:
a.
Di Tempat
Tutorial
·
Bapak Bandi
Sobandi, S.Pd, M.Pd selaku tutor dan supervisor 1 yang yang memberikan arahan
dalam pelaksanaan penelitian, serta melakukan pembimbingan dalam penyusunan
laporan ini.
·
Pihak
Universitas Terbuka (UT) khususnya staf pengelola UT UPBJJ Bandung Pokjar
Kabupaten Garut yang membantu dalam proses pembentukan kelompok dan jadwal
penelitian.
b.
Di Lapangan
(Kegiatan Mandiri)
·
Dinas Pendidikan
Kabupaten Garut melalui UPTD kecamatan Cilawu yang telah bersedia menjadi
fasilitator dalam pelaksanaan penelitian ini.
·
Bapak Sutiawan
Megantara, M.Pd selaku supervisor 2 dan penilai 1 yang memberikan pembimbingan
dan penilaian selama proses penelitian di sekolah.
·
Bapak Wawan
Sukmawan, S.Sos, MM selaku penilai 2 yang turut mengevaluasi pelaksanaan
penelitian.
·
Bapak Yaya
Mulyana, S.Pd.I yang merupakan kepala MI Nurul Huda Palalangon yang telah
memberikan izin pelaksanaan penelitian di MI yang beliau pimpin.
·
Rekan-rekan staf
pengajar di MI Nurul Huda Palalangon yang telah memberikan pengertian dan
suportnya pada pelaksanaan penelitian.
·
Mahasiswa UT
UPBJJ Bandung Pokjar kabupaten Garut semester X, khususnya kelas B dan kelompok
A-II PKP yang selalu berbagi ilmu dalam melakukan penelitian.
·
Keluarga yang
senantiasa memberikan dukungannya, baik berupa materi maupun motivasi, serta
doanya yang sangat membantu dalam kelancaran pelaksanaan penelitian ini.
B.
Desain
Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Pelaksanaan perbaikan
pembelajaran berlangsung dalam 2 siklus. Di masing-masing siklus terdapat
prosedur-prosedur untuk pelaksanaanya. Prosedur-prosedur tersebut diantaranya
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan juga refleksi.
1.
Siklus
I
a.
Perencanaan
Berdasarkan
hasil tes formatif dari pelaksanaan pembelajaran tentang materi denah pada
siswa kelas IV MI Nurul Huda Palalangon kecamatan Pasirwangi yang masih sangat
rendah, yaitu hanya 18 dari 44 siswa yang nilainya dia atas KKM, maka diperlukan
tindakan perbaikan pembelajaran.
Untuk
melaksanakan perbaikan pembelajaran maka disusunlah rencana perbaikan Siklus I,
yang meliputi hal-hal berikut:
1)
Merancangperencanaan
pembelajaran, menentukan tujuan pembelajaran, dan tujuan perbaikan pembelajaran
tentang materi denah.
2)
Membuat
lembar observasi kegiatan proses perbaikan pembelajaran.
3)
Memilih
bahan yang tepat untuk materi tentang denah.
4)
Menyusun
langkah pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
akhir.
5)
Memilih
metode simulasi untuk melaksanakan proses perbaikan pembelajaran tentang materi
denah.
6)
Menyusun
instrumen penilaian.
b.
Pelaksanaan
Pelaksanaan proses
perbaikan pembelajaran mengacu pada rencana yang telah disusun pada tahap
perencanaan perbaikan. Hal ini sebagai upaya untuk memfokuskan peningkatan
pemahaman siswa terhadap materi denah. Dengan demikian diharapkan hasil
belajarnya menjadi meningkat.
Ada pun langkah-langkah
pembelajarannya adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan Awal (±
5 menit)
· Mengondisikan
peserta didik ke dalam situasi belajar mengajar yang kondusif dengan cara
mengatur tempat duduk, berdoa, mengabsen, menyiapkan media pembelajaran, dan
memusatkan perhatian. (± 2 menit)
· Memberikan
apersepsi dengan pertanyaan : Papan tulis berada di sebelah mana kalian?(± 2 menit)
· Menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai.(± 1 menit)
2) Kegiatan Inti (±
20 menit)
· Peserta
didik menyimak penjelasan guru tentang
denah. (± 2 menit)
· Beberapa
peserta didik menjelaskan kembali tentang denah (± 2 menit)
· Peserta
didik membentuk kelompok dengan teman sebangkunya masing-masing dengan
bimbingan guru. (± 2 menit)
· Beberapa
kelompok peserta didik melakukan simulasi untuk menjelaskan tempat sesuai
denah. (±5menit)
· Beberapa
kelompok peserta didik lainnya menyimak simulasi yang dilakukan. (± 5 menit)
· Peserta
didik diberi kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang kurang dipahaminya.
(± 2 menit)
· Peserta
didik menyimak penjelasan dari pertanyaan yang diajukannya. (± 2 menit)
3) Kegiatan Akhir
(±15 menit)
· Peserta
didik menyimpulkan keseluruhan materi dalam kegiatan pembelajaran yang telah
berlangsung (± 3 menit)
· Peserta
didik mengerjakan tes evaluasi (± 10 menit)
· Peserta
didik diberikan tindak lanjut berupa nasehat untuk mempelajari kembali materi
yang telah dipelajarainya di rumah (± 2 menit)
Hasil belajar yang
didapat dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus I ini mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang didapat dari
pelaksanaan pembelajaran pra siklus. Hal ini terlihat dari nilai tes yang
diraih siswa. Jika sebelumnya hanya 18 dari 44 siswa yang nilainya di atas KKM,
maka dari hasil tes pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I ini ada 30
dari 44 siswa yang mendapat nilai di atas KKM. Ini artinya ada peningkatan
sekitar 28% dari sebelumnya.
c.
Pengamatan
Pelaksanaan perbaikan
pembelajaran yang dilakukan sepenuhnya berada dalam pengawasan supervisor 2
yang bertugas selaku observer. Penilaian atas kinerja guru selama melakukan
kegiatan perbaikan pun, dicantumkan pada lembar observasi (Lembar observasi
terlampir).
Dari hasil pengamatan
yang terdapat dalam lembar observasi, terlihat bahwa ada peningkatan hasil
belajar siswa. Namun masih ada beberapa kekurangan dalam hal cara menyampaikan
materi. Dengan demikian diperlukan tindakan refleksi untuk memperbaikinya.
d.
Refleksi
Refleksi dilakukan
dengan berdasar kepada hasil tes yang diperoleh siswa dan juga kepada hasil
penilaian kinerja guru yang dilakukan supervisor 2. Ternyata pada proses pelaksanaan perbaikan ini masih
ada beberapa siswa yang belum memahami materi dan masih salah menjawab soal
evaluasi dengan benar.
Berdasarkan
data yang diperoleh dari hasil observasi, maka guru masih kurang dalam
mengembangkan penerapan metode simulasi. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa masih belum memuaskan dan
perlu diadakan perbaikan pembelajaran siklus II.
2.
Siklus
II
a.
Perencanaan
Perencanaan perbaikan
pembelajaran pada siklus II ini tidak terlepas dari data yang diperoleh dari
perbaikan pembelajaran siklus I. Meskipun data menunjukkan peningkatan dalam
hal nilai hasil belajar siswa, namun masih ada sebanyak 14 dari 44 siswa atau
sekitar 32% siswa yang nilainya masih di bawah KKM.
Ada pun proses
perencanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II ini meliputi:
1)
Mengkaji hasil
observasi dan refleksi perbaikan pembelajaran siklus I.
2)
Menyusun rencana
perbaikan pembelajaran siklus II dengan lebih mengembangkan metode simulasi.
3)
Menyiapkan alat
peraga berupa gambar denah.
4)
Membuat lembar
tes evaluasi pembelajaran siklus II.
5)
Membuat lembar
observasi untuk proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II.
b.
Pelaksanaan
Perbaikan pembelajaran
siklus II pelaksanaannya disesuaikan dengan rencana yang telah disusun. Sesuai
saran dari supervisor 2, pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II ini lebih
mengembangkan lagi metode simulasi dalam penyampaiannya. Dengan pemngembangan
metode simulasi ini diharapkan hasil belajar yang diperoleh menjadi lebih
meningkat lagi.
Langkah-langkah
pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II ini diuraikan sebagai berikut:
1) Kegiatan Awal (±
5 menit)
· Mengondisikan
peserta didik ke dalam situasi belajar mengajar yang kondusif dengan cara
mengatur tempat duduk, berdoa, mengabsen, menyiapkan media pembelajaran, dan
memusatkan perhatian. (± 2 menit)
· Memberikan
apersepsi dengan pertanyaan : Bangku siapa saja yang terletak paling kanan?
(± 2 menit)
· Menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. (± 1 menit)
2) Kegiatan Inti (±
20 menit)
· Peserta
didik menyimak penjelasan guru tentang
denah. (± 2 menit)
· Beberapa
peserta didik menjelaskan kembali tentang denah (± 2 menit)
· Peserta
didik membentuk kelompok dengan teman sebangkunya masing-masing (± 3 menit)
· Beberapa
kelompok dengan bimbingan guru mensimulasikan orang yang sedang mencari alamat
(± 5 menit)
· Beberapa
kelompok lainnya dengan bimbingan guru mensimulasikan orang yang memberitahu
alamat dengan menggunakan denah (± 4 menit)
· Peserta
didik diberi kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang kurang dipahaminya
(± 2 menit)
· Beberapa
peserta didik diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan temannya (± 2
menit)
3) Kegiatan Akhir
(±15 menit)
· Peserta
didik dengan bimbingan guru menyimpulkan keseluruhan materi dalam kegiatan
pembelajaran yang telah berlangsung (± 3 menit)
· Peserta
didik mengerjakan tes evaluasi (± 10 menit)
· Peserta
didik diberikan tindak lanjut berupa nasehat untuk mempelajari kembali materi
yang telah dipelajarainya di rumah (± 2 menit).
Data hasil belajar yang
diperoleh dari proses perbaikan siklus II menunjukkan bahwa semua siswa mendapatkan
nilai yang melampaui KKM. Dengan hasil ini maka proses pelaksanaan perbaikan
pembelajaran telah sesuai dengan yang diharapkan.
c.
Pengamatan
Pengamatan
pada saat perbaikan pembelajaran siklus II dilakukan oleh supervisor 2 yang
bertugas mengisi lembar observasi untuk mengamati kinerja guru selama proses
perbaikan pembelajaran pada siklus ini (lembar observasi terlampir).
Berdasarkan hasilnya, semua aspek yang diobservasi terlihat muncul dalam
pelaksanaannya.
Pengembangan metode
simulasi yang dilakukan terlihat berhasil dalam meningkatkan motivasi dan
pemahaman siswa terhadap materi denah. Hal ini sesuai dengan data yang
diperoleh dari hasil nilai yang diperoleh siswa, yaitu semua siswa berhasil
mendapat nilai melampaui KKM.
d.
Refleksi
Nilai yang berhasil
didapat siswa dari tes evaluasi pembelajaran siklus II menunjukkan bahwa semua
siswa lulus melampau nilai KKM yang ditentukan. Dengan demikian siswa
dinyatakan tuntas dalam pembelajaran tentang materi denah ini. Sehingga dengan
hal tersebut maka guru tidak perlu untuk melakukan tahapan perbaikan
pembelajaran terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV tentang materi
denah pada siklus selanjutnya.
C.
Teknik
Analisis Data
Berkaitan
dengan pelaksanaan perbaikan yang dilakukan, maka perlu untuk melakukan analisi
data. Kegiatan analisis dilakukan terhadap instrumen
penilaian yaitu lembar observasi guru dan lembar tes evaluasi untuk siswa. Teknik
analisis data dilakukan dengan dua carayaitu
menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.
1.
Kualitatif
Analisis
data dengan teknik kualitatif dilakukan dengan menggunakan lembar observasi.
Pelaksanaanya pada saat proses perbaikan pembelajaran dilaksanakan, peneliti
meminta kepada supervisor 2 untuk mengamati proses perbaikan pembelajaran.
Penilaian hasil pengamatannya dicatat ke dalam lembar observasi.
2.
Kuantitatif
Teknik analisis data
kuantitatif dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan adalah
mengacu pada nilai yang diraih siswa dari tes evaluasi pembelajaran. Datanya
diperoleh dari pelaksanaan pembelajaran pra siklus, perbaikan pembelajaran
siklus I, dan perbaikan pembelajaran siklus II.
Rincian data yang
diperoleh diantaranya adalah sebagai berikut:
a.
Pra Siklus
· KKM
yang ditetapkan untuk materi denah adalah 70;
· Rata-rata
nilai siswa dari tahapan ini adalah 61;
· Nilai
tertinggi yang diraih siswa adalah 100;
· Nilai
terendah yang diraih siswa adalah 0;
· Persentase
ketuntasan belajar siswa adalah 41% (18 siswa tuntas);
· Persentase
ketidak tuntasan siswa adalah 59% (26 siswa belum tuntas).
b.
Siklus I
· Rata-rata
nilai siswa dari tahapan ini adalah 74;
· Nilai
tertinggi yang diraih siswa adalah 100;
· Nilai
terendah yang diraih siswa adalah 40;
· Persentase
ketuntasan belajar siswa adalah 68% (30
siswa tuntas);
· Persentase
ketidak tuntasan siswa adalah 32% (14 siswa belum tuntas).
c.
Siklus II
· Rata-rata
nilai siswa dari tahapan ini adalah 85;
· Nilai
tertinggi yang diraih siswa adalah 100;
· Nilai
terendah yang diraih siswa adalah 80;
· Persentase
ketuntasan belajar siswa adalah 100% (44 siswa tuntas);
· Persentase
ketidak tuntasan siswa adalah 0 % (tidak ada siswa belum tuntas).
BAB
IV
HASIL
dan PEMBAHASAN
A.
Deskripsi
Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Proses penelitian
perbaikan pembelajaran dengan fokus penerapan metode simulasi untuk meningkatkan
pemahaman siswa dalam menjelaskan letak suatu tempat pada denah terlaksana
dengan dua siklus. Berikut ini diuraikan hasil penelitian perbaikan
pembelajaran yang telah dilaksanakan tersebut.
1.
Siklus
I
Pelaksanaan perbaikan
pembelajaran siklus I dapat diuaraikan melalui beberapa tahapan. Mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, hingga tahap refleksi.
a.
Perencanaan
Ada perbedaan pada
tahapan rencana pembelajaran pra siklus dengan perencanaan perbaikan pada
siklus I. Pada perencanaan perbaikan siklus I ini terdapat komponen rencana
untuk perbaikan proses pembelajaran. Komponen ini tidak terdapat pada rencana
pembelajaran pra siklus.
Gambar
4.1
Skema
Proses Perencanaan Perbaikan Pembelajaran
Siklus
I
Penyusunan rencana
perbaikan dilakukan dengan melibatkan beberapa proses, yaitu evaluasi hasil
pembelajaran prasiklus, pengamatan proses pembelajaran, serta refleksi dari
pelaksanaan pembelajaran. Hasil dari proses-proses tersebut lah yang menjadi
acuan dalam perencanaan perbaikan pembelajaran siklus I ini.
Secara umum perencanaan
perbaikan pembelajaran siklus I ini adalah sebagai berikut:
1)
Merancang
perencanaan pembelajaran, menentukan tujuan pembelajaran, dan tujuan perbaikan
pembelajaran tentang materi denah.
2)
Membuat
lembar observasi kegiatan proses perbaikan pembelajaran.
3)
Memilih
bahan yang tepat untuk materi tentang denah.
4)
Menyusun
langkah pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
akhir.
5)
Memilih
metode simulasi untuk melaksanakan proses perbaikan pembelajaran tentang materi
denah.
6)
Menyusun
instrumen penilaian.
b.
Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan
pembelajaran dengan penerapan metode simulasi
untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam menjelaskan letak suatu tempat
pada denah yang dilakukan pada siklus I, langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
1) Kegiatan Awal (±
5 menit)
· Mengondisikan
peserta didik ke dalam situasi belajar mengajar yang kondusif dengan cara
mengatur tempat duduk, berdoa, mengabsen, menyiapkan media pembelajaran, dan
memusatkan perhatian. (± 2 menit)
· Memberikan
apersepsi dengan pertanyaan : Papan tulis berada di sebelah mana kalian?(± 2 menit)
· Menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai.(± 1 menit)
2) Kegiatan Inti (±
20 menit)
· Peserta
didik menyimak penjelasan guru tentang
denah. (± 2 menit)
· Beberapa
peserta didik menjelaskan kembali tentang denah (± 2 menit)
· Peserta
didik membentuk kelompok dengan teman sebangkunya masing-masing dengan
bimbingan guru. (± 2 menit)
· Beberapa
kelompok peserta didik melakukan simulasi untuk menjelaskan tempat sesuai
denah. (±5 menit)
· Beberapa
kelompok peserta didik lainnya menyimak simulasi yang dilakukan. (± 5 menit)
· Peserta
didik diberi kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang kurang
dipahaminya. (± 2 menit)
· Peserta
didik menyimak penjelasan dari pertanyaan yang diajukannya. (± 2 menit)
3) Kegiatan Akhir
(±15 menit)
· Peserta
didik menyimpulkan keseluruhan materi dalam kegiatan pembelajaran yang telah
berlangsung (± 3 menit)
· Peserta
didik mengerjakan tes evaluasi (± 10 menit)
· Peserta
didik diberikan tindak lanjut berupa nasehat untuk mempelajari kembali materi
yang telah dipelajarainya di rumah (± 2 menit)
Nilai yang diperoleh
siswa dari hasil evaluasi pembelajaran siklus ini meningkat jika dibandingkan
dengan nilai yang didapat dari evaluasi pembelajaran pra siklus. Sebanyak 68%
siswa mendapat nilai yang melampaui KKM.
Di bawah ini disajikan
daftar nilai yang didapat siswa dari tes evaluasi perbaikan pembelajaran siklus
I.
Tabel 4.1
Daftar Nilai
Siswa dari Evaluasi Pembelajar Materi Denah
Siklus I
No
|
Nama Siswa
|
L/P
|
KKM
|
Nilai
|
Keterangan
|
1
|
Adhitya Putra Anugrah
|
L
|
70
|
100
|
|
2
|
Ade Nisa
|
P
|
70
|
100
|
|
3
|
Acep Muhammad Muslim
|
L
|
70
|
80
|
|
4
|
Ade Muhammad Ikhsan
|
L
|
70
|
80
|
|
5
|
Aditia Abdul Baqi
|
L
|
70
|
60
|
Di bawah KKM
|
6
|
Agniani
|
P
|
70
|
80
|
|
7
|
Ahmad Farhanudin
|
L
|
70
|
80
|
|
8
|
Alman Alamsyah
|
L
|
70
|
60
|
Di bawah KKM
|
9
|
Anisa Nurul Fajrina
|
P
|
70
|
60
|
Di bawah KKM
|
10
|
Astri Ramdayanti
|
P
|
70
|
80
|
|
11
|
Bambang
|
L
|
70
|
80
|
|
12
|
Budiansyah
|
L
|
70
|
80
|
|
13
|
Dea Resta Monika
|
P
|
70
|
80
|
|
14
|
Dede Farhan Nawawi
|
L
|
70
|
40
|
Di bawah KKM
|
15
|
Firman
|
L
|
70
|
80
|
|
16
|
Hendra
|
L
|
70
|
100
|
|
17
|
Herlina Renata Soraya Febri
|
P
|
70
|
80
|
|
18
|
Imam Taufik
|
L
|
70
|
60
|
Di bawah KKM
|
19
|
Ipan Setiadi
|
L
|
70
|
80
|
|
20
|
Jajang Akmal
|
L
|
70
|
80
|
|
21
|
Jalaluddin
|
L
|
70
|
80
|
|
22
|
Jujun
|
L
|
70
|
60
|
Di bawah KKM
|
23
|
Ansor Muhammad Fatah
|
L
|
70
|
80
|
|
24
|
Muhammad Kamaludin Rofi
|
L
|
70
|
80
|
|
25
|
Nasrudin
|
L
|
70
|
100
|
|
26
|
Nisa Natalia
|
P
|
70
|
80
|
|
27
|
Novianti
|
P
|
70
|
40
|
Di bawah KKM
|
28
|
Raisha Zahra Rahmillah
|
P
|
70
|
60
|
Di bawah KKM
|
29
|
Rina
|
P
|
70
|
80
|
|
30
|
Risma Ayu Lestari
|
P
|
70
|
80
|
|
31
|
Salman Alfarizi
|
L
|
70
|
80
|
|
32
|
Sifa Salsabila
|
P
|
70
|
100
|
|
33
|
Silviani
|
P
|
70
|
80
|
|
34
|
Sopandi
|
L
|
70
|
60
|
Di bawah KKM
|
35
|
Sutiawan
|
L
|
70
|
80
|
|
36
|
Syifa
|
P
|
70
|
80
|
|
37
|
Tiara Auliani Amanda Putri
|
P
|
70
|
80
|
|
38
|
Yandi
|
L
|
70
|
40
|
Di bawah KKM
|
39
|
Yusuf Muttaqin
|
L
|
70
|
80
|
|
40
|
Ahmad Pauzi
|
L
|
70
|
60
|
Di bawah KKM
|
41
|
Muhammad Ramdan Aditiya
|
L
|
70
|
60
|
Di bawah KKM
|
42
|
Iklima Nur Irsyani
|
P
|
70
|
80
|
|
43
|
Siti Nuraeni
|
P
|
70
|
40
|
Di bawah KKM
|
44
|
Silvi Triana
|
P
|
70
|
40
|
Di bawah KKM
|
Jumlah
|
3240
|
|
|||
Rata-rata
|
73,64
|
||||
Nilai Tertinggi
|
100
|
|
|||
Nilai Terendah
|
40
|
Di bawah KKM
|
|||
Persentase Kelulusan (%)
|
68,18
|
30 orang
|
|||
Persentase Ketidak lulusan (%)
|
31,82
|
14 orang
|
Dari data nilai yang
didapat siswa pada proses perbaikan pembelajaran siklus I di atas, masih
terdapat 14 oranng siswa yang belum mencapai nilai di atas KKM. Meskipun
demikian, rata-rata nilai siswanya sudah melampaui nilai KKM
Perolehan nilai siswa
secara visual dapat digambarkan sebagi berikut:
Grafik 4.1
Grafik Tingkat
Pencapaian Nilai Siswa
Siklus I
c.
Pengamatan
Pengamatan proses
perbaikan pembelajaran siklus I dilakukan oleh supervisor 2. Dengan menggunakan
instrumen lembar observasi, hasil pengamatan pun dapat disajikan menjadi sebuah
data pengamatan.
Di dalam hasil
pengamatan yang dilakukan terhadap beberapa aspek, terdapat beberapa komentar.
Komentar-komentar tersebut diantaranya adalah grogi dalam penyampaian materi
dan belum optimalnya dalam penerapan metode.
Berikut ini disajikan
lembar observasi hasil pengamatan supervisor 2:
Tabel
4.2
Lembar
Observasi Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
Siklus
I
NO
|
ASPEK YANG DIAMATI
|
KEMUNCULAN
|
KOMENTAR
|
|
YA
|
TIDAK
|
|||
1
|
Guru menyiapkan alat
dan bahan pembelajaran
|
ü
|
|
|
2
|
Materi
disampaikan dengan rinci dan jelas
|
ü
|
|
Kelihatan kaku dan
grogi
|
3
|
Siswa menyimak
penjelasan guru
|
ü
|
|
|
4
|
Guru memberi
contoh cara menentukan letak pada denah
|
ü
|
|
|
5
|
Siswa terlibat
aktif dalam menentukan letak tempat pada denah
|
ü
|
|
Baru sebagian
|
6
|
Siswa
termotivasi melakukan simulasi untuk menentukan letak tempat pada denah
|
ü
|
|
|
7
|
Guru
membimbing siswa pada waktu melakukan simulasi
|
ü
|
|
|
8
|
Metode yang
digunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran
|
ü
|
|
|
9
|
Metode yang
digunakan bervariasi
|
ü
|
|
|
10
|
Metode yang
digunakan membantu meningkatkan pemahan siswa
|
ü
|
|
Membantu tapi
belum optimal
|
11
|
Penggunaan
metode sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran
|
ü
|
|
|
d.
Refleksi
Berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan oleh suvervisor 2, terdapat kekuatan dan kelemahan
yang muncul dalam perbaikan pembelajaran siklus I ini.
Ada pun yang menjadi
kekuatan dalam tahap siklus I ini adalah:
1)
Proses perbaikan
pembelajaran telah sesuai dengan perencanaan.
2)
Penerapan metode
simulasi telah sesuai dengan tujuan pembelajaran.
3)
Motivasi dan
pemahaman siswa menjadi meningkat.
Disamping kekuatan, ada
kelemahan yang muncul. Yang menjadi kelemahan dalam siklus I ini adalah:
1)
Penyampaian
materi masih kaku.
2)
Baru sebagian
siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran.
3)
Kurang optimal
dalam menerapkan metode simulasi dalam kegiatan pembelajaran.
2.
Siklus
II
Tahapan pelaksanaan
perbaikan pembelajaran pada siklus II, relatif sama dengan tahapan pada siklus
sebelumnya. Di dalam tahapan-tahapannya masih melalui perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan juga refleksi. Namun perbedaannya terletak pada pengembangan
metode simulasi pada proses pembelajarannya.
a.
Perencanaan
Pada perencanaan
perbaikan pembelajaran siklus II ini, ada pengembangan metode simulasi yang
pernah digunakan pada siklus sebelumnya. Penyusunan rencana perbaikan
pembelajarannya pun tak begitu jauh berbeda.
Yang menjadi acuan
dalam perencanaan perbaikan pembelajaran siklus II ini adalah dengan mengkaji
hasil evaluasi pembelajaran siswa, hasil pengamatan, dan juga refleksi
pelaksanaan perbaikan pembelajaran, yang masing-masing didapat dari pelaksanaan
perbaikan pembelajaran siklus I.
Rincian perencanaan perbaikan
pembelajaran siklus II ini secara umum meliputi:
1)
Merancang
perencanaan pembelajaran, menentukan tujuan pembelajaran, dan tujuan perbaikan
pembelajaran tentang materi denah.
2)
Membuat
lembar observasi kegiatan proses perbaikan pembelajaran.
3)
Memilih
bahan yang tepat untuk materi tentang denah.
4)
Menyusun
langkah pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
akhir.
5)
Memilih
dan mengembangkan metode simulasi untuk melaksanakan proses perbaikan
pembelajaran tentang materi denah.
6)
Menyusun
instrumen penilaian.
b.
Pelaksanaan
Untuk pelaksanaan
perbaikan pembelajaran siklus II, rinciannya adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan Awal (±
5 menit)
· Mengondisikan
peserta didik ke dalam situasi belajar mengajar yang kondusif dengan cara
mengatur tempat duduk, berdoa, mengabsen, menyiapkan media pembelajaran, dan
memusatkan perhatian. (± 2 menit)
· Memberikan
apersepsi dengan pertanyaan : Bangku siapa saja yang terletak paling kanan?
(± 2 menit)
· Menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. (± 1 menit)
2) Kegiatan Inti (±
20 menit)
· Peserta
didik menyimak penjelasan guru tentang
denah. (± 2 menit)
· Beberapa
peserta didik menjelaskan kembali tentang denah (± 2 menit)
· Peserta
didik membentuk kelompok dengan teman sebangkunya masing-masing (± 3 menit)
· Beberapa
kelompok dengan bimbingan guru mensimulasikan orang yang sedang mencari alamat
(± 5 menit)
· Beberapa
kelompok lainnya dengan bimbingan guru mensimulasikan orang yang memberitahu
alamat dengan menggunakan denah (± 4 menit)
· Peserta
didik diberi kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang kurang dipahaminya
(± 2 menit)
· Beberapa
peserta didik diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan temannya (± 2
menit)
3) Kegiatan Akhir
(±15 menit)
· Peserta
didik dengan bimbingan guru menyimpulkan keseluruhan materi dalam kegiatan
pembelajaran yang telah berlangsung (± 3 menit)
· Peserta
didik mengerjakan tes evaluasi (± 10 menit)
· Peserta
didik diberikan tindak lanjut berupa nasehat untuk mempelajari kembali materi
yang telah dipelajarainya di rumah (± 2 menit).
Dari pelaksanaan
perbaikan pembelajaran siklus II ini, nilai yang didapat siswa dari tes
evaluasi pembelajarannya menunjukkan bahwa semua siswa dinyatakan tuntas dalam
mengikuti pembelajaran tentang materi denah.
Berikut ini daftar
nilai yang diraih siswa dari tes evaluasi pembelajaran pada pelaksanaan
perbaikan pembelajaran siklus II.
Tabel 4.3
Daftar Nilai
Siswa dari Evaluasi Pembelajar Materi Denah
Siklus II
No
|
Nama Siswa
|
L/P
|
KKM
|
Nilai
|
Keterangan
|
1
|
Adhitya Putra Anugrah
|
L
|
70
|
100
|
|
2
|
Ade Nisa
|
P
|
70
|
100
|
|
3
|
Acep Muhammad Muslim
|
L
|
70
|
80
|
|
4
|
Ade Muhammad Ikhsan
|
L
|
70
|
80
|
|
5
|
Aditia Abdul Baqi
|
L
|
70
|
80
|
|
6
|
Agniani
|
P
|
70
|
80
|
|
7
|
Ahmad Farhanudin
|
L
|
70
|
80
|
|
8
|
Alman Alamsyah
|
L
|
70
|
100
|
|
9
|
Anisa Nurul Fajrina
|
P
|
70
|
80
|
|
10
|
Astri Ramdayanti
|
P
|
70
|
100
|
|
11
|
Bambang
|
L
|
70
|
80
|
|
12
|
Budiansyah
|
L
|
70
|
80
|
|
13
|
Dea Resta Monika
|
P
|
70
|
80
|
|
14
|
Dede Farhan Nawawi
|
L
|
70
|
80
|
|
15
|
Firman
|
L
|
70
|
80
|
|
16
|
Hendra
|
L
|
70
|
100
|
|
17
|
Herlina Renata Soraya Febri
|
P
|
70
|
80
|
|
18
|
Imam Taufik
|
L
|
70
|
80
|
|
19
|
Ipan Setiadi
|
L
|
70
|
100
|
|
20
|
Jajang Akmal
|
L
|
70
|
80
|
|
21
|
Jalaluddin
|
L
|
70
|
100
|
|
22
|
Jujun
|
L
|
70
|
80
|
|
23
|
Ansor Muhammad Fatah
|
L
|
70
|
80
|
|
24
|
Muhammad Kamaludin Rofi
|
L
|
70
|
80
|
|
25
|
Nasrudin
|
L
|
70
|
100
|
|
26
|
Nisa Natalia
|
P
|
70
|
80
|
|
27
|
Novianti
|
P
|
70
|
80
|
|
28
|
Raisha Zahra Rahmillah
|
P
|
70
|
80
|
|
29
|
Rina
|
P
|
70
|
80
|
|
30
|
Risma Ayu Lestari
|
P
|
70
|
100
|
|
31
|
Salman Alfarizi
|
L
|
70
|
80
|
|
32
|
Sifa Salsabila
|
P
|
70
|
100
|
|
33
|
Silviani
|
P
|
70
|
100
|
|
34
|
Sopandi
|
L
|
70
|
80
|
|
35
|
Sutiawan
|
L
|
70
|
80
|
|
36
|
Syifa
|
P
|
70
|
80
|
|
37
|
Tiara Auliani Amanda Putri
|
P
|
70
|
80
|
|
38
|
Yandi
|
L
|
70
|
80
|
|
39
|
Yusuf Muttaqin
|
L
|
70
|
80
|
|
40
|
Ahmad Pauzi
|
L
|
70
|
80
|
|
41
|
Muhammad Ramdan Aditiya
|
L
|
70
|
80
|
|
42
|
Iklima Nur Irsyani
|
P
|
70
|
80
|
|
43
|
Siti Nuraeni
|
P
|
70
|
80
|
|
44
|
Silvi Triana
|
P
|
70
|
80
|
|
Jumlah
|
3740
|
|
|||
Rata-rata
|
85,00
|
||||
Nilai Tertinggi
|
100
|
|
|||
Nilai Terendah
|
80
|
||||
Persentase Kelulusan (%)
|
100,00
|
Semua tuntas
|
|||
Persentase Ketidak lulusan (%)
|
0,00
|
Dari data di atas,
terlihat bahwa 100% siswa mendapatkan nilai yang melampaui KKM. Selain itu juga
nilai rata-rata siswanya adalah 85. Untuk nilai terendah yang diraih siswa
sendiri adalah 80, yang mana nilai tersebut melampaui KKM yang ditentukan. Di
samping itu, untuk nilai tertinggi yang diraih adalah nilai maksimal 100 yang
diraih oleh 11 siswa. Dengan demikian pembelajaran dinyatakan tuntas.
Berikut ini disajikan
grafik ketercapaian nilai siswa dari tes evaluasi perbaikan pembelajaran siklus
II.
Grafik 4.2
Grafik Tingkat
Pencapaian Nilai Siswa
Siklus II
c.
Pengamatan
Data pengamatan
pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II ini dinyatakan di dalam lembar
observasi. Lembar observasi ini menjadi bahan untuk supervisor 2 dalam
melakukan pengamatan.
Lembar observasi yang
memuat penilaian dari pengamatan pelaksanaan pembelajaran siklus II ini adalah
sebagai berikut:
Tabel
4.4
Lembar
Observasi Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
Siklus
II
NO
|
ASPEK
YANG DIAMATI
|
KEMUNCULAN
|
KOMENTAR
|
|
YA
|
TIDAK
|
|||
1
|
Guru
menyiapkan alat dan bahan pembelajaran
|
ü
|
|
|
2
|
Materi
disampaikan dengan rinci dan jelas
|
ü
|
|
Cukup
Jelas
|
3
|
Siswa
menyimak penjelasan guru
|
ü
|
|
|
4
|
Guru
memberi contoh cara menentukan letak pada denah
|
ü
|
|
|
5
|
Siswa
terlibat aktif dalam menentukan letak tempat pada denah
|
ü
|
|
Terlibat
aktif
|
6
|
Siswa
termotivasi melakukan simulasi untuk menentukan letak tempat pada denah
|
ü
|
|
|
7
|
Guru
membimbing siswa pada waktu melakukan simulasi
|
ü
|
|
Dilakukan
|
8
|
Metode
yang digunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran
|
ü
|
|
Sudah
sesuai
|
9
|
Metode
yang digunakan bervariasi
|
ü
|
|
|
10
|
Metode
yang digunakan membantu meningkatkan pemahan siswa
|
ü
|
|
Pemahan
siswa meningkat
|
11
|
Penggunaan
metode sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran
|
ü
|
|
|
d.
Refleksi
Berdasarkan
data nilai yang diperoleh siswa pada
perbaikan pembelajaran siklus II, ternyata nilai semua siswa telah melampaui
KKM. Selain itu juga dari pengamatan yang dilakukan oleh Supervisor 2
dinyatakan bahwa yang menjadi keberhasilan dalam perbaikan pembelajaran ini adalah
penerapan metode simulasi untuk meningkatkan pemahan siswa dalam menjelaskan
letak suatu tempat pada denah cukup
efektif membantu siswa dalam memahami materi pelajaran tersebut.
Jika
dibandingkan dengan pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I, pelaksanaan
perbaikan pembelajaran siklus II tentu saja menghasilkan pencapaian nilai siswa
yang lebih tinggi dan meningkat. Pencapaian tersebut terutama meliputi nilai
terendah dan nilai rata-rata. Nilai terendah yang diraih siswa pada siklus I
adalah 40, dan pada siklus II meningkat jadi 80. Untuk nilai rata-rata siswanya
pun pada siklus I hanya 74 sedangkan pada siklus II menjadi 85. Sedangkan nilai
tertinggi yang diraih pada siklus I maupun siklus II adalah tetap nilai
maksimal, yaitu 100.
Untuk
penggambaran perbandingan pencapaian nilai yang diraih pada siklus I dan Siklus II, dapat dilihat pada
diagram berikut:
Diagram
4.3
Diagram
Pencapaian Nilai Siswa Antar Siklus
B.
Pembahasan
Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran tentang materi denah di
kelas IV MI Nurul Huda Palalangon kecamatan Pasirwangi kabupaten Garut,
terlaksana dalam dua siklus.
1.
Siklus I
a.
Perencanaan
Proses
perencanaan perbaikan dilakukan dengan melibatkan beberapa
proses, yaitu evaluasi hasil pembelajaran pra siklus, pengamatan proses
pembelajaran, serta refleksi dari pelaksanaan pembelajaran. Hasil dari
proses-proses tersebut lah yang menjadi acuan dalam penyusunan perencanaan perbaikan
pembelajaran (RPP Perbaikan)
yang disusun pada tahap perencanaan siklus I ini.
b.
Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran tentang materi
denah kelas IV di MI Nurul Huda Palalangon pada siklus I ini adalah dengan
menerapkan metode simulasi. Metode ini dipilih karena proses pembelajarannya
memerlukan aktifitas siswa yang tinggi. Dan metode simulasilah yang cocok dalam
melaksanakan pembelajarannya. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Sri Anitah W. (2009:
5.23) yang
menyatakan bahwa metode mengajar
simulasi lebih banyak menuntut aktivitas siswa sehingga metode simulasi sebagai
metode berlandaskan pada pendekatan CBSA dan keterampilan proses.
c.
Hasil
Nilai yang diperoleh
siswa dari hasil evaluasi pembelajaran siklus I ini meningkat jika dibandingkan
dengan nilai yang didapat dari evaluasi pembelajaran pra siklus. Namun baru sebanyak 68% siswa
mendapat nilai yang melampaui KKM. Dengan hasil tersebut maka diperlukan langkah
perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya.
2.
Siklus II
a.
Perencanaan
Yang menjadi acuan
dalam perencanaan perbaikan pembelajaran siklus II ini adalah dengan mengkaji
hasil evaluasi pembelajaran siswa, hasil pengamatan, dan juga refleksi
pelaksanaan perbaikan pembelajaran, yang masing-masing didapat dari pelaksanaan
perbaikan pembelajaran siklus I.
Rincian perencanaan
perbaikan pembelajaran siklus II ini secara umum meliputi:
1)
Merancang
perencanaan pembelajaran, menentukan tujuan pembelajaran, dan tujuan perbaikan
pembelajaran tentang materi denah.
2)
Membuat
lembar observasi kegiatan proses perbaikan pembelajaran.
3)
Memilih
bahan yang tepat untuk materi tentang denah.
4)
Menyusun
langkah pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
akhir.
5)
Memilih
dan mengembangkan metode simulasi untuk melaksanakan proses perbaikan
pembelajaran tentang materi denah.
6)
Menyusun
instrumen penilaian.
b.
Pelaksanaan
Dalam
pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II ini guru melakukan pengembangan terhadap
metode simulasi untuk meningkatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran. Hal ini
sesuai dengan saran dari supervisor 2 selaku observer pada pelaksanaan
perbaikan pembelajaran siklus sebelumnya.
Proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan
penerapan metode simulasi pada siklus II ini terlihat efektif dalam mengaktifkan
siswa. Hal ini dikarenakan memang salah satu karakteristik metode simulasi
adalah dapat mengaktifkan siswa. Hal ini cocok dengan pernyataan Sri Anitah W. (2009: 5.23) yang menyatakan bahwa metode mengajar simulasi miliki
keunggulan yang salah satunya berupa aktivitas
siswa cukup tinggi dalam pembelajaran sehingga terlibat langsung dalam
pembelajaran.
c.
Hasil
Data
nilai hasil tes evaluasi pembelajaran yang diraih siswa dari pelaksanaan
perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia tentang materi denah pada siklus II ini
menunjukkan bahwa 100% siswa berhasil mendapat nilai yang melampaui KKM yang
ditentukan. Dengan demikian maka proses pembelajaran dinyatakan tuntas.
Dengan tuntasnya pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV di MI Nurul Huda
Palalangon tentang materi denah, maka
hal tersebut menunjukkan cocoknya metode simulasi yang diterapkan dalam
penyampaian materi tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa (dalam Solchan T.W., 2009: 11.6) yang menyatakan bahwa menurut kurikulum 2004, yakni
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi baik lisan maupun
tulis, sebagai alat untuk mempelajari rumpun pelajaran lain, berpikir kritis
dalam berbagai aspek kehidupan, serta mengembangkan sikap menghargai bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional dan apresiatif terhadap karya sastra Indonesia.
Berkaitan dengan pernyataan di atas, maka penerapan
metode simulasi cocok untuk menyampaikan materi denah dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia yang salah satu tujuannya adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi
baik lisan maupun tulis. Sehingga dengan demikian proses pembelajarannya sangat
membutuhkan keterlibatan siswa. Hal ini pula diperkuat dengan pernyataan Sri Anitah W. (2009: 5.23) yang menyatakan bahwa metode mengajar simulasi lebih
banyak menuntut aktivitas siswa sehingga metode simulasi sebagai metode
berlandaskan pada pendekatan CBSA dan keterampilan proses.
BAB
V
SIMPULAN
dan SARAN TINDAK LANJUT
A.
Simpulan
Dari temuan-temuan selama proses perbaikan pembelajaran dan mengacu pada rumusan masalah dalam
penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
1)
Perencanaan
perbaikan dengan penerapan metode simulasi dapat meningkatkan pemahan siswa
dalam menjelaskan materi letak tempat pada denah.
2)
Pelaksanaan
perbaikan dengan penerapan metode simulasi dapat meningkatkan pemahan siswa
dalam menjelaskan materi letak tempat pada denah.
3)
Hasil perbaikan
dengan penerapan metode simulasi dapat meningkatkan pemahan siswa dalam
menjelaskan materi letak tempat pada denah.
Dengan demikian maka hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan telah
sesuai dengan tujuan perbaikan pembelajaran yang diharapkan.
B.
Saran
Tindak Lanjut
Berdasarkan kesimpulan yang dihasilkan dalam penelitian perbaikan
pembelajaran ini maka peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu:
1.
Guru hendaknya selalu menyusun perencanaan yang baik
dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini supaya pelaksanaan pembelajaran dapat
berjalan dengan efektif.
2.
Dalam melaksanakan pembelajaran, hendaknya selalu
menerapkan metode yang tepat. Dengan demikian siswa ikut terlibat aktif dalam
proses pembelajaran. Maka dengan begitu, hasil pembelajaran pun dapat meningkat
sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
3.
Hasil perbaikan pembelajaran ini hendaknya dapat terus
dikembangkan dengan penelitian lanjutan. Hal ini supaya hasil belajar siswa
terus meningkat, dan secara umum mutu pendidikan Indonesia pun ikut meningkat
pula.
DAFTAR
PUSTAKA
Anitah, S., dkk. (2009). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
DPR-RI. (2002). Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Diunduh
12 Otober 2013 dari http://www.dpr.go.id/id/uu-dan-ruu/uud45.
Hamalik, O. (2009). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan
Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyati, Y., dkk. (2009). Keterampilan Berbahasa Indonesia SD.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Solchan, T., dkk. (2009). Pendidikan Bahasa Indonesia di SD.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Tim Bina Karya Guru (2007). Bina Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Wikipedia. (2013). Bahasa Indonesia. Diunduh 12 Oktober
2013 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia.
Subscribe to:
Posts (Atom)